Cewek kelahiran 29 Juni 1972 ini hidup pada era Perang Dingin antara Amerika-Uni Soviet. Hampir setiap hari Samantha diliputi rasa takut karena perang yang tiada henti. Ia pun penasaran akan penyebab perang kedua negara itu. Dengan kepolosan dan rasa ingin tahu, pada usia 10 tahun Samantha menuliskan surat untuk Yuri Adropov, Pemimpin Uni Soviet ketika itu.
Isi suratnya seputar kekhawatiran Samantha terhadap kemungkinan terjadinya perang nuklir di antara kedua negara. “Apakah kamu memilih untuk perang atau tidak. Kalau tidak, tolong beritahu cara menghentikan perang. Pertanyaan ini tak perlu kau jawab. Tapi, aku butuh mengetahui kenapa kamu mau menaklukkan dunia, setidaknya negaraku. Tuhan memberikan kita dunia untuk hidup damai bersama, bukan untuk berperang,” itu sepenggal isi surat Samantha.
Surat tersebut, ternyata mendapatkan sambutan dari pihak Uni Soviet. Bahkan, diterbitkan di Koran Pravda Soviet. Mendengar suratnya dibaca banyak orang, Samantha gembira. Setelah melalui sejumlah proses, Samantha mendapatkan balasan surat pribadi dari Yuri Adropov. Ia pun diundang untuk mengunjungi Uni Soviet. Kedua negara menyebut Samantha sebagai Duta Perdamaian Cilik.
Gadis mungil ini kemudian menuliskan pengalamannya ke Uni Soviet dalam buku Journey to The Soviet Union. Samantha sempat menjadi salah satu pembicara di simposium internasional mengenai anak-anak di Kobe, Jepang pada 1984. Ia juga memulai debutnya di dunia pertelevisian pada 1985. Sayangnya, ketika berusia 13 tahun Samantha harus menghembuskan napas terakhir akibat kecelakaan pesawat.
Ini merupakan kehilangan besar bagi kedua negara. Akhir masa hidupnya, Samantha mendapatkan banyak penghargaan dari AS dan Uni Soviet. Pemerintah Uni Soviet sengaja membuat seri perangko khusus dan membangun monumen Samantha di Moskow. Pemerintah negara bagian Maine menetapkan setiap hari Senin pertama di bulan Juni sebagai hari Samantha Smith. Mereka juga membangun patung Samantha di Maine State Museum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar